International Market Research- Biji Kakao Indonesia
Amallia Ispriandina- 155254002
Business Administration- Politeknik Negeri Bandung
Indonesia dinobatkan sebagai negara produsen biji kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana oleh Food and Agriculture Organization (FAO). Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia, pada tahun 2017 produksi kakao Indonesia mencapai 659.776 ton.
Kode HTS biji kakao adalah 1801000000. Menurut data BPS, pada tahun 2016, urutan volume ekspor Biji Kakao adalah Biji Kakao (HS 180100000) sebesar 58 persen dari total ekspor.
Pada tahun 2012 total volume ekspor mencapai 387,79 ribu ton dengan total nilai sebesar US$ 1,12 milyar, menurun menjadi 330,03 ribu ton pada tahun 2016 dengan total nilai sebesar US$ 1,24 milyar
Ekspor Biji Cokelat Indonesia ke Negara Tujuan
Pengimpor terbanyak biji kakao dari Indonesia pada tahun 2015 adalah Malaysia, kemudian Singapura, Jerman, USA, Thailand, China, Belanda, India, dan terakhir Kanada.
Identifikasi 7 Pasar Produk Biji Kakao Indonesia
- Malaysia
Grafik diatas menunjukkan bahwa perdagangan ekspor biji kakao Indonesia ke Malaysia fluktuatif dan dalam 2 tahun kebelakang sejak tahun 2014 terus menurun. Dilansir dari Tempo, menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamurti penurunan perdagangan ekspor biji kakao dikarenakan negara-negara di Eropa menghadapi masalah ekonomi sehingga permintaan mereka turun. Meskipun permintaan menurun, seperti dilansir dari Republika, Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Fitra Kurnia menyatakan bahwa indusri hilir kakao di Malaysia berkembang pesat sehingga pabrikan di negara itu sangat membutuhkan bahan baku yang banyak yang dipenuhi dari produksi lokal negara itu sendiri dan negara lain, termasuk pasokan Indonesia, sehingga diperkirakan tren impor kokoa ke Indonesia akan meningkat. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari UNdata diketahui bahwa kuantitas impor biji kakao Malaysia dari seluruh dunia mengalami peningkatan dari tahun 2016–2017.
2. Singapura
Berdasarkan grafik diatas, ekspor biji kakao Indonesia ke Singapura mengalami penurunan dari tahun 2013–2015. Menurunnya tingkat ekspor dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu biaya bea keluar hingga apresiasi Rupiah terhadap Dollar Singapura sehingga harga kakao Indonesia menjadi mahal dan akan terjadi penurunan volume ekspor kakao Indonesia oleh Singapura, karena harga di dalam negeri dianggap lebih mahal daripada harga kakao di luar negeri.
Permatasari dan Rustariyuni (2014) menyatakan bahwa menurunnya efek komposisi komoditas kakao biji Indonesia kurang diminati di pasar ASEAN akibat tidak konsistennya kualitas kakao biji Indonesia, hal ini dapat menjadi ancaman bagi Indonesia.
3. China
Berdasarkan grafik diatas, ekspor biji kakao Indonesia ke China mengalami penurunan drastis dari tahun 2013 ke tahun 2014. Faktor menurunnya ekspor biji kakao ke China dapat disebabkan oleh volume produksi biji kakao Indonesia, harga kakao dunia, harga kakao negara pesaing dan volume produksi negara pesaing. Selain itu, menurut UNdata impor biji kakao China dari Dunia pun menurun dari tahun 2016–2016.
4. USA
Berdasarkan grafik diatas, ekspor biji kakao Indonesia ke USA bergerak fluktuatif. Pada tahun 2015 peningkatan ekspor biji kakao ke USA mulai meningkat meskipun tidak begitu signifikan. Berdasarkan data dari UNdata terdapat peningkatan jumlah impor biji kakao USA dari dunia terjadi pada tahun 2016–2017.
5. Jerman
Berdasarkan grafik diatas, ekspor biji kakao Indonesia ke Jerman terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga didukung oleh UNdata yang menggambarkan adanya kenaikan impor biji kakao Jerman dari dunia.
Jerman menjadi salah satu eksportir terbesar produk kakao setengah jadi ke Swiss dan memiliki kapasitas grinding terbesar di Eropa, sehingga kebutuhan Jerman terhadap biji kakao akan terus ada.
6. Kanada
Berdasarkan grafik diatas, ekspor biji kakao Indonesia ke Kanada bergerak fluktuatif. Indonesia menjadi pengekspor terbanyak kakao ke Kanada di urutan kelima atau urutan pertama se- Asia, disusul oleh Malaysia, Singapore, China, dan India.
7. Jepang
Meskipun Jepang tidak termasuk ke dalam negara tujuan utama ekspor biji kakao Indonesia, Jepang akan dibahas sebagai salah satu negara yang tidak memproduksi kakao namun kebutuhan akan cokelat di negaranya cukup banyak.
Berdasarkan grafik diatas, ekspor biji kakao Indonesia ke Jepang menurun drastis pada tahun 2015 menurun drastis.
International Trade Centre Osaka Jepang menyatakan bahwa lima negara utama pengekspor produk HS 1801 Cocoa beans, whole or broken, raw or roasted ke Jepang adalah Ghana (71,3%), Ekuador (8,5%), Venezuela (7,1%), Republik Pantai Gading (6,7%), dan Republik Dominika (1,9%). Indonesia (0,7%) berada di urutan ke-9 atau urutan pertama untuk kawasan ASEAN.
Masing-masing negara memiliki potensi pasar untuk perdagangan ekspor biji kakao. Namun, negara yang memiliki potensi pasar yang lebih besar untuk Indonesia berdasarkan data-data diatas adalah Jerman.
MARKET RESEARCH- BIJI KOKOA INDONESIA DI JERMAN
Tren Kakao di Jerman
Jerman menjadi negara dengan tingkat konsumsi cokelat terbesar di dunia setelah Switzerland. Tren ini menunjukkan tingkat kebutuhan akan kakao yang tinggi di Jerman. Selain itu Jerman merupakan negara pengekspor cokelat nomor satu se-Eropa, yaitu sebanyak 540.000 ton.
Karena tingginya tren cokelat di Jerman, terdapat banyak industri kakao yang mendirikan perusahaan di Jerman. Diantaranya Kraft Foods (USA), Ludwig Schokolade (Jerman), Alfred Ritter (Jerman), Stollwerck (Jerman), dan Ferrero (Italia).
Menurut International Cocoa Organization (ICCO), pada tahun 2011–2012 Jerman merupakan importir terbesar ke dua untuk produk biji kakao di Uni Eropa. Selain itu, menurut data Kementerian Perdagangan RI, biji kakao merupakan produk kakao yang paling banyak diimpor Jerman. Selain biji kakao, Jerman juga mengimpor produk olahan seperti chocolate, cocoa butter, cocoa paste, dan cocoa powder.
Hal ini mengindikasikan bahwa Jerman memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap ketersediaan kakao dan olahannya, sehingga terdapat potensi yang cukup bersar bagi Indonesia untuk melakukan perdagangan ekspor biji kakao dan olahannya ke Jerman.
Jumlah Impor Biji Kakao Jerman dari Dunia
Indonesia berada di posisi ke 14 sebagai negara eksportir produk kakao ke Jerman, dengan jumlah ekspor biji kakao sebanyak 772.6 ton pada tahun 2012. Kebutuhan produk kakao Jerman disuplai oleh negara-negara Eropa, Afrika, kemudian Asia yaitu Indonesia urutan ke 14 dan Malaysia urutan 18.
Kompetisi
Menurut Jurnal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2014), daya saing (Competitiveness) dalam perdagangan secara luas didefinisikan sebagai kapasitas suatu sektor atau industri untuk meningkatkan porsi atau penguasaannya di pasar internasional.
Perubahan daya saing (Competitiveness Effect) merupakan kemampuan suatu negara untuk meningkatkan pangsa ekspor mereka yang disebabkan oleh perubahan pangsa ekspor negara tersebut untuk produk tertentu di negara tujuan (pangsa ekspor produk i dari negara j ke negara k) dan peningkatan ini tidak disebabkan oleh perubahan struktural pada ekspor negara j.
Negara pesaing utama ekspor kakao Indonesia adalah Pantai Gading, Ghana, Nigeria, Kamerun dan Belanda. Dipasar Jerman, Pantai Gading (Cote de’Ivoire) menjadi pemasok kakao urutan ke-2 sementara Ghana ke-5, Nigeria ke-7, dan Kamerun ke- 17 sementara Indonesia ke-14.
Ekspor kakao Indonesia ke Jerman masih memiliki pelung yang cukup, dan upaya keras dibutuhkan untuk mencapai peluang tersebut, karena melihat perkembangan ekspor kakao dunia ke Jerman yang terus meningkat, ini menunjukkan bahwa negara eksportir kakao lainnya akan siap untuk memanfaatkan peluang Ekspor di Jerman.
Perubahan daya saing kakao Indonesia di Jerman menunjukkan tren positif ditahun 2011 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Saluran Distribusi
Menurut Warren J. Keegan (2003) Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri.
1. Perusahaan importer dan agen perantara
Pelanggan utama biji kakao dan produk setengah jadi kakao di Uni Eropa termasuk di Jerman adalah importer dan broker kakaor. Importir kakao membeli produk kakao yang kemudian dijual ke penggiling, produsen cokelat, dan industri pengolahan makanan. Beberapa trader utama yang berlokasi di Jerman adalah Albrecht & Dill Trading, Bohnkaf-Kolonial, Forest Finance Service, EC&C Escondido Coffee& Cocoa, RAMM. Broker kakao merupakan pihak independen dalam membeli dan menjual pesanan. Beberapa agen besar di Jerman untuk kakao adalah United-Agro-Alliance, HCCCO, dan F.A Wooge&Co. Agen berfungsi mewakili perusahaan pengimpor di negara berkembang dan hal ini juga dapat memainkan peran penting dalam rantai distribusi kakao di Jerman.
2. Perusahaan penyimpan kakao
Perusahaan yang menerima dan menyimpan produk kakao atas nama pelanggan. Perusahaan ini tidak memiliki produk, tetapi sering bertindak independen dan menjadi penguji kualitas produk yang disimpan. Beberapa perusahaan penyimpan kakao di Jerman adalah Quast&Cons, J.Muller Weser, CTH.
3. Perusahaan penggiling atau prosesor kakao
Industri penggiling atau prosesor kakao memproduksi produk setengah jadi kakao seperti apsta kakao dari biji kakao yang dibeli dari perusahaan importer atau broker. Salah satu prosesor kakao besar Jerman adalah Grup Hosta dan Schokinag
4. Processed food manufacturers atau industri pengolahan makanan
Industri pengolah kakao menjadi produk akhir. Industri biasanya membeli bahan baku kakao dari agen perantara atau importer. Dalam kasus tertentu seperti industri besar pengolahan makanan, bahan baku kakao dibeli langsung dari produsen.
Praktik Bisnis (Pembayaran dan Pengiriman)
Sistem pembayaran yang sering digunakan adalah:
L/C (Letter of Credit)
2. Document against Payment
3. Client Payment.
Sistem Pengiriman:
1. CFR (Cost of Freight)
2. FOB (Freight on Board)
3. CIF (Cost, Insurance, and Freight)
Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis penting untuk diperhatikan dalam melakukan kegiatan bisnis antar negara. Sebagai seorang pebisnis, kita perlu mengetahui budaya bisnis negara yang hendak kita tuju. Berikut merupakan poin-poin yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi bisnis dengan orang Jerman:
1. Disarankan agar karyawan yang melakukan korespondensi dengan customer atau calon customer Jerman dapat memahami bisnis kultur orang Jerman dan lebih disukai apabila dapat berbahasa Jerman
2. Cepat merespon email dan pertanyaan dari customer
3. Pengambilan keputusan dalam pembelian tidak berbelit-belit, jika produk yang ditawarkan memenuhi kriteria yang diinginkan oleh customer
4. Orang Jerman umumnya tidak menyenangi kejutan. Perubahan mendadak dalam transaksi bisnis, bahkan jika nilai keuntungannya bertambah tetap kurang diinginkan
5. Ketepatan waktu adalah suatu keharusan di Jerman
6. Dalam pertemuan bisnis, lakukan jabat tangan, baik pada awal maupun diakhir pertemuan. Pastikan untuk melakukan kontak mata saat berjabat tangan. Jabat tangan tanpa melakukan kontak mata dianggap ada sesuatu yang disembunyikan dan kurang sopan
7. Orang Jerman senang berbicara lewat telepon. Tetapi keputusan bisnis harus dilakukan secara tertulis melalui fax, email, ataupun pos
8. Orang Jerman membedakan kehidupan bisnis dan pribadi. Jangan menelpon mereka pada waktu akhir pecan atau diluar jam kerja tanpa izin atau pemberitahuan sebelumnya
9. Titel akademik sangat penting di Jerman.
Hambatan
1. Tarif
Tarif dan Pajak menjadi hambatan untuk meningkatkan ekspor produk biji kakao ke Jerman. Di Jerman, Bundeszoll atau Beacukai Jerman memberlakukan tarif GSP (Generalised Scheme of Preferences) yang diberlakukan oleh negara Uni Eropa. Menurut ITPC Hamburg, tarif GSP bertujuan untuk mempermudah negara-negara berkembang termasuk Indonesia memasuki pasar Uni Eropa untuk produk biji kakao sebesar 0%. Namun, tetap dikenakan pajak pertambahan nilai (VAT) sebesar 19%.
2. Non Tarif- Standar Pengujian Mutu
Produk bahan makanan yang ingin dipasarkan di Uni Eropa harus melewati tahapan pengujian mutu yang ketat agar dapat dipastikan benar-benar aman untuk dikonsumsi. Eksportir kakao yang ingin memasuki pasar Jerman harus memperhatikan berbagai persyaratan yang ditetapkan oleh mitra dagang dan pemerintah Jerman. Persyaratan tersebut meliputi standar mutu yang biasanya juga dikaitkan dengan persyaratan lingkungan, kesehatan, keamanan, perburuhan, dan etika bisnis. Seperti The General Food Law, Hygiende of Foodstuffs, Occupational Health and Safety (OHS), hingga General Requirements on packaging. Beberapa regulasi yang diterapkan oleh Jerman bisa menjadi hambatan yang serius bila tidak ditangani dengan sungguh-sungguh.
Insentif Pemerintah Mempromosikan Ekspor Produk
Dua tahun sekali, Indoensia sebagai salah satu negara penghasil kakao selalu ikut serta dalam Pameran Produk Kopi, The, dan Kakao (COTECA — Coffee, Tea, and Cacao) di kota Hamburg. Hal ini bertujuan dalam rangka penetrasi ekspor produk kopi, the, dan kakao Indonesia ke Jerman yang merupakan pasar terbesar di Uni Eropa.
Dilansir dari Tempo, Jerman merupakan importir kakao terbesar ketiga dunia setelah Belanda dan Amerika Serikat. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekspor kakao Indonesia ke Jerman mengalami tren positif sebesar 32,11 persen. Ekspor produk kakao pada semester pertama 2016 juga meningkat 25,58 persen dengan nilai US$ 61,57 juta dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.
Pada agenda pameran COTECA 2016 produsen minuman coklat Koawach berniat mengimpor 100 ton kakao organik varietas Trinitario dari Flores dan Aceh untuk dipasarkan di Jerman. Produk yang paling diminati adalah kakao organik, teh organik (teh hijau dan teh oolong), dan kopi (biji kopi hijau dan specialty),” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Arlinda.
Koawach adalah pemasok lebih dari 200 toko dan kafe di Jerman. Memulai usaha sejak 2014, Koawach dengan produk premiumnya menggunakan bahan baku kakao natural dan mengusung fair trade. Per tahun, Koawach membutuhkan kakao varietas Trinitario sebanyak 200 ton yang selama ini disuplai dari Kolombia. Kini Koawach tengah mencari alternatif untuk memasok 50 persen dari kebutuhannya. Hal ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk melakukan ekspor kakao ke Jerman.
Peluang Ekspor Biji Kakao ke Jerman
- Tarif- Dengan adanya tarif GSP (Generalised Scheme of Preferences), ekspor biji kakao tidak dikenakan tariff.
2. Tren Pasar- Jerman merupakan negara importer kakao terbanyak ke-2 di Eropa, dan negara urutan ke-2 terbanyak mengonsumsi produk cokelat di dunia.
3. Politik Kompetitor yang Kurang Stabil- Kondisi politik di Afrika terutama Pantai Gading kurang Kondusif. Akibatnya industri cokelat Uni Eropa telah menyampaikan kepada asosiasi importer untuk mengimpor dari negara-negara diluar Afrika Barat.
Indonesia memiliki peluang yang luas untuk melakukan perdagangan ekspor ke Jerman dan bersaing di kancah Internasional
Strategi
Strategi yang dapat diterapkan oleh eksportir Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk biji kakao di Jerman:
1. Meningkatkan standar produksi sesuai ketetapan Uni Eropa
Bentuk peningkatan standar produksi adalah dengan meningkatkan nilai tambah biji kakao menjadi biji kakao yang sudah difermentasi.
2. Peningkatan produksi, inovasi, dan kualitas produk
Peningkatan produksi, inovasi, dan kualitas produk untuk meningkatkan daya saing kakao
3. Menjalin hubungan dengan asosiasi kakao Jerman
Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) diharapkan dapat bekerjasama dengan asosiasi kakao milik Jerman yaitu Verein der am Rohkakaohandel beteiligten Firmen. Hal ini ditujukan untuk memperoleh informasi dan lebih memahami standard an mutu produk kakao yang diterapkan Jerman. Selain itu, agar penanganan administrasi impor lebih efisien.
Sumber:
Data BPS- Ekspor Biji Kakao ke Negara Tujuan (2016)
UN data- Cocoa
Food and Agriculture Organizations
ITCP Hamburg
Kedutaan Republik Indonesia Berlin
Jurnal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Volume 2 (2014) oleh Kementerian Pertanian
ITC/UN Comtrade Statistic
Eurostat
Forbes- The World’s Biggest Chocolate Consumption
Warren J. Keegan. (2003).s Manajemen Pemasaran Global. Jakarta : Gramedia
Hasibuan AM. (2012). Model Sistem Dinamis Pengembangan Agroindustri Kakao. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Permatasari, IGAI, SD Rustariyuni. (2014). Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kakao Indonesia di Kawasan ASEAN Periode 2003 –2012. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 4(7): 855–872. [Internet]. Tersedia pada : http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/download/13769/9939.
https://bisnis.tempo.co/read/402260/malaysia-pasar-utama-kakao-indonesia
https://bisnis.tempo.co/read/806251/kakao-kopi-dan-teh-indonesia-laris-di-jerman/full&view=ok\